May 22, 2004

TUJUH KIAT MENANGKAL VIRUS PERUSAK UKHUWWAH

Dalam surat Al Hujurat (QS 49) Allah SWT memaparkan 7 kiat bagi kita
untuk menangkal virus-virus ukhuwwah yang bisa menghancurkan shaf
ukhuwwah yang telah dibina.

1. Tabayyun
Tabayyun berarti mencari kejelasan informasi dan mencari bukti
kebenaran informasi yang diterima. Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq
membawa berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang
menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS 49:6)

2. 'Adamus Sukhriyyah
Artinya tidak memperolok-olokkan orang atau kelompok lain. Firman Allah
SWT:
"Wahai orang-orang yang beriman janganlah satu kaum memperolok-olokkan
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan)
lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokkan)." (QS 49:11)

Saat ini terdapat banyak kelomp! ok atau organisasi dakwah.
Harus kita sadari bahwa diantara kelompok-kelompok dakwah tersebut
terdapat perbedaan yang prinsipil maupun yang tidak prinsipil. Perbedaan
dalam menentukan al-hadaful a'la (sasaran tertinggi) termasuk dalam
masalah prinsip.

Kondisi ini memancing suasana tanafus (persaingan) yang kadang
bentuknya tidak sehat. Persaingan ini akan semakin tidak sehat dengan tampilnya
oknum-oknum yang senang melontarkan ungkapan-ungkapan bernada cemooh
persaingan.

Berhimpunnya kelompok-kelompok dakwah dan harakah yang ada di bumi
sekarang ini adalah suatu mimpi indah. Sebagaimana yang ditulis DR. Yusuf
Qardhawi, maka kesatuan wala' (loyalitas) dan tumbuhnya suasana ta'awun
dalam menghadapi konspirasi para thaghut adalah sesuatu yang tidak
dapat ditawar lagi. Dan kalaupun hal ini belum terwujud karena ada beberapa
hal yang belum bisa kita lakukan, maka tidak mampukah kita sekadar
meninggalkan tradisi sukhriyyah dan perasaan ana khairun minhu (saya leb!
ih baik daripadanya) seperti yang dinyatakan iblis???

3. 'Adamul Lamz
Maksudnya tidak mencela orang lain. Ini ditegaskan dengan firman-Nya:
"Dan janganlah kamu mencela diri sendiri'. Mencela sesama muslim, oleh
ayat ini dianggap mencela diri sendiri, sebab pada hakekatnya kaum
muslimin dianggap satu kesatuan. Apalagi jika celaan itu adalah masalah
status dan standar kebendaan. Allah sendiri menyuruh Rosul dan orang-orang
yang mengikutinya untuk bersabar atas segala kekurangan orang-orang
mukmin. (lLihat QS, 18:28).

4. Tarkut Tanabuz
Yakni meninggalkan panggilan dengan sebutan-sebutan yang tidak baik
terhadap sesama muslim. Ini berdasarkan firman Allah SWT:
"Dan janganlah kamu saling memanggil dengan sebutan-sebutan (yang
buruk)." (QS 49:11)

Tanabuz dalam bentuk yang paling parah adalah berupa pengkafiran
terhadap orang yang beriman. Pada kenyataannya masih saja ada orang atau
kelompok yang dengan begitu mudahnya menyebut kafir kepad! a orang yang
tidak
tertarik untuk masuk ke dalam kelompok tersebut.

5. Ijtinabu Katsirin minadzdzan
Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka,
karena sebagian prasangka itu dosa." (QS 49:12)

Pada dasarnya seorang muslim harus berbaik sangka terhadap sesamanya,
kecuali jika ada bukti yang jelas tentang kesalahan tersebut. Dan
sebaliknya, kepada orang kafir dan musuh Islam, kaum muslimin harus menaruh
curiga bila mereka bermanis budi. Allah SWT sendiri menegaskan:
"Sesungguhnya orang-orang kafir menginfakkan harta-harta
mereka untuk mengahalangi manusia dari jalan Allah." (QS 8:36)

6. Adamut Tajassus
'Adamut Tajassus adalah tidak mencari-cari kesalahan dan aurat orang
lain. Perbuatan ini amat dicela Islam. Allah SWT amat suka bila kita
berusaha menutup aib saudara kita sendiri. Firman Allah SWT:

" Dan janganlah kamu sekalian mencari-cari kesalahan (dan aurat) orang
lain." (QS 49:12)!

7. Ijtinabul Ghibah
Allah SWT menegaskan:
"Dan janganlah kamu sekalian menggunjing sebagian lain.Sukakah salah
seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?…"

Ghibah sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW adalah menceritakan
keburukan dan kejelekan orang lain. Ketika seseorang menceritakan
kejelekan orang lain, maka ada dua kemungkinan yang terjadi.
Pertama, jika yang diceritakannya benar-benar terjadi maka itulah
ghibah. Kedua, jika yang diceritakannya itu tidak terjadi berarti ia telah
memfitnah orang lain.

Begitu besarnya dosa ghibah, sampai Allah SWT menyamakan orang yang
melakukannya dengan orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.
Comments: Post a Comment

This page is powered by Blogger. Isn't yours?